BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi sekarang ini, banyak pihak yang
melakukan investasi sebagai alternatif untuk mendapatkan keuntungan yang besar
dan menempatkan dana mereka pada perusahaan yang dianggap layak. Salah satu
cara untuk melakukan investasi dengan cara membeli saham dari perusahaan lain.
Sebelum melakukan investasi, setiap orang atau organisasi
sebaiknya menilai terlebih dahulu apakah investasi yang akan dilakukan tepat atau tidak, dengan melihat tingkat pengembalian(return) yang bisa
diperoleh. untuk memastikannya tingkat pengembalian(return) ada beberapa
alternatif yang dapat dilakukan, salah satunya adalah dengan menggunakan
analisis rasio profitabilitas.
Dari rasio
profitabilitas tersebut, kita dapat menilai sejauh mana tingkat pengembalian
yang akan didapat dari investasi yang dilakukan. jika investasi menguntungkan yang ditunjukkan
oleh rasio profitabilitas yang cenderung meningkat maka akan banyak pihak yang
akan membeli saham perusahaan tersebut, dimana hal ini dapat mendorong harga
saham lebih mahal.
Setelah melakukan analisis tersebut banyak pihak baik swasta
maupun pemerintah dapat mengalokasikan dana masyarakat ke sektor-sektor
investasi yang produktif karena
dipandang sebagai media efisien untuk mengalokasikan dana dari pihak yang
memiliki kelebihan dana untuk perusahaan yang membutuhkan dana, namun dalam
investasi ada hukum yang berlaku semakin tinggi tingkat investasi semakin
tinggi pula resiko yang akan di hadapi investor dan saham merupakan investasi
yang memiliki tingkat resiko paling tinggi hal ini yang menyebabkan banyak pihak
untuk melakukan analisis sebelum melakukan investasi untuk melihat tingkat
pengembalian, pengaruh profitabilitas dengan harga saham.
Penelitian terdahulu mengenai analisis pengaruh rasio
profitabilitas:
1. Dwiatma
Patriawan “Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE),
dan Debt to Equity rasio (DER) Terhadap
Harga Saham pada perusahaan Wholesale and Retail Trade yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2008”.
2. Subekti
Puji Astuti “Analisis Pengaruh Faktor-faktor Fundamental, EVA, dan MVA Terhadap
Return Saham”
3. Anastasia
(2003) yang mengambil sampel sebanyak 13 perusahaan property dan real estate
selama periode 6 tahun berturut-turut yang dimulai dari tahun 1996 hingga tahun
2001 menunjukkan bahwa secara empiris terbukti bahwa factor fundamental (ROA,
ROE, DER).
4. Edi dan
Fransisca ” Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Saham kasus
perusahaan jasa perhotelan yang terdaftar di pasar Modal Indonesia”.
5. Fara
Dharmastuti ” Analisis Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Rasio, Return
on Investment, Debt to Equity Rasio dan Net profit Margin dalam menetapkan
harga saham perdana pada perusahaan yang terdaftar di BEI.” Tahun 1995-2002.
Untuk mengetahui
sejauh mana pengaruh rasio profitabilitas dengan harga saham maka
dilakukan penelitian mengenai “Analisis Hubungan Antara Rasio Profitabilitas
dan Harga Saham Beberapa PT Tambang Tbk”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang Masalah Variabel Earning per
Share (EPS) yang tinggi akan semakin banyak investor yang membeli saham
menyebabkan harga saham semakin mahal, Tetapi ada beberapa perusahaan yang
EPSnya rendah harga sahamnya meningkat. Pada variabel ROE, semakin besar ROE
artinya semakin optimal penggunaan modal sendiri maka untuk menghasilkan laba
maka semakin banyak investor yang akan menanamkan modal pada perusahaan (Edy Subiyantoro dan Fransica). Hasil
penelitian Fara Dharmastuti (1995-2002) menjelaskan ROI dan NPM berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Terinspirasi dari peneliti terdahulu peneliti
ingin mengetahui faktor-faktor yang diduga mempengaruhi harga saham PT Tambang
Tbk dan merumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah
Rasio Profitabilitas berpengaruh secara Parsial dengan Harga Saham?
2. Apakah Rasio Profitabilitas berpengaruh secara
Simultan dengan Harga Saham?
C. Tujuan
Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menguji dan
menganalisis hubungan secara Parsial Rasio Profitabilitas dengan harga saham
beberapa PT Tambang Tbk.
2. Menguji dan
menganalisis hubungan secara Simultan Rasio Profitabilitas dengan harga saham
beberapa PT Tambang Tbk.
D. Kegunaan dari
Penelitian adalah:
1. Sebagai bahan
informasi pentingnya penelitian saham perusahaan dengan mempertimbangkan
hubungan profit dari perusahaan.
2. Bagi
perusahaan dapat digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan kinerja perusahaan
sehingga harga saham perlebarnya menjadi meningkat.
3. Bagi investor
dapat dijadikan sebagai referensi untuk memprediksi harga saham perusahaan
sebelum melakukan investasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Profitabilitas
Setiap Perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja
perusahaannya dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Selain
itu perusahaan juga harus dapat mengadakan efektivitas dan efisiensi dalam
melakukan operasional usaha perusahaan. Peningkatan produktivitas dan
dilakukannya program efektivitas dan efisiensi merupakan langkah yang diambil perusahaan dalam rangka untuk
memperoleh keuntungan (Profit).
Kemampuan perusahaan untuk tetap dapat bersaing dalam
kompetisi dengan perusahaan-perusahaan lainnya, menuntut perusahaan untuk dapat
meningkatkan profitabilitas.
B. Analisis Rasio
Profitabilitas
Banyak penulis yang memberikan beberapa uraian mengenai
jenis rasio didalamnya dapat digunakan untuk memahami kondisi perusahaan.
Umumnya rasio yang dikenal dan populer adalah rasio likuiditas, solvabilitas,
dan profitabilitas.
Menurut Soemarso (1999:446) yang dimaksud dengan analisa
rasio profitabilitas adalah “ Analisa rasio profitabilitas yaitu hasil akhir
dari berbagai keputusan dan kebijakan yang dijalankan perusahaan. Analisa rasio
profitabilitas memberikan jawaban akhir tentang efisien tidaknya perusahaan
dalam menghasilkan laba “.
Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2001 : 304) analisa
rasio profitabilitas adalah ”Analisa rasio profitabilitas yaitu menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber dana
yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan jumlah
cabang “dari pengertian-pengertian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa
analisa rasio profitabilitas adalah gambaran akhir dari kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba atau jawaban akhir tentang efisien tidaknya perusahaan
menghasilkan laba. Pada analisis profitabilitas terdapat instrument pendekatan
yang dapat digunakan di dalam menganalisa probabilitas suatu perusahaan.
1. Analisa
Pendapatan
Dalam menilai ketahanan sumber pendapatan perusahaan dapat
digunakan dua alat analisis untuk menilai ketahanan pendapatan.
a. Analisis Trend
merupakan analisis laporan keuangan biasanya dinyatakan dalam persentase
tertentu.
Dalam analisis trend perbandingan analisis dapat dilakukan
dengan menggunakan analisis horizontal atau dinamis.
Data yang digunakan adalah data tahunan atau periode yang
digunakan biasanya hanya dua atau tiga periode saja. Hal ini disebabkan karena
jika lebih dari satu periode, akan mengalami kesulitan untuk menganalisisnya.
Jika data yang digunakan lebih dari dua atau tiga periode, metode yang
digunakan adalah angka indeks. Dengan menggunakan angka indeks akan dapat
diketahui kecenderungan atau trend atau arah dari posisi keuangan, apakah
meningkat, menurun atau tetap. Hasil analisis trend biasanya dihitung dalam
persentase.
b. Evaluasi terhadap
diskusi dan analisis dan analisis manajemen dapat membantu dalam memahami dan
mengevaluasi perubahan akun-akun keuangan suatu perusahaan dari waktu ke waktu
termasuk pendapatan. Salah satu melalui pendekatan pendapatan adalah dengan
mengetahui hubungan antara pendapatan, piutang, dan persediaan. Hubungan antara
pendapatan, piutang, dan persediaan akan memberikan petunjuk yang penting untuk
mengevaluasi hasil operasi serbaguna dalam memprediksi kinerja di masa yang
akan datang (Andi, 2010:12).
2. Analisis Biaya
a. Analisa Harga
Pokok Penjualan
Harga Pokok Penjualan (HPP) atau cost of sale merupakan
biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan perolehan output
untuk siap dijual. Biaya- biaya diantaranya biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead analisis ini dalam rangka menganalisis laba
kotor (Gross profit).
b. Analisa
beban-beban operasi
Beban operasi merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan sehubungan dengan kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi,
seperti beban penjualan, beban depresiasi, beban pemeliharaan dan perbaikan
beban administrasi dan umum analisa ini dalam rangka menganalisa laba operasi
yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba operasi atas
penjualan yang dilakukan.
c. Analisa
beban-beban non operasi
Beban-beban non operasi merupakan pengeluaran yang dilakukan
oleh perusahaan dalam kegiatan pendanaan
dan kegiatan lain yang tidak termasuk kegiatan operasi seperti beban-beban
pendanaan dan pajak. Analisa ini diperlukan dalam rangka menganalisa laba
bersih (Gross Profit). Margin laba menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba bersih atas penjualan yang dilakukan.
3. Analisis
Pengembalian Investasi
a. Return on
Assets (ROA), yaitu indicator kemampuan sebuah unit usaha untuk memperoleh laba
atas sejumlah asset yang dimiliki oleh unit usaha tersebut, ROA diperoleh
dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva (Net
Income dibagi Total Assets).
b. Return on
Equity(ROE) yaitu merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih
sesudah pajak dengan modal sendiri. semakin tinggi rasio ini, semakin baik
artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
c. ROIC
didefenisikan oleh Steven M. Bragg dalam bukunya Business Ratio and Formulas
Return on invested capital(ROIC) sebagai sebuah ukuran tentang performa
keuangan dan salah satu alat prediksi performa keuangan yang telah diprakarsai
beberapa analis. Para analis mempercayai bahwa dengan melihat dari pendapatan
ekonomi arus kas bebas atau return on invested capital dikurangi biaya
penggunaan dari capital tersebut akan menghasilkan penilaian yang lebih baik
sisi ekonomi dan nilai dari sebuah perusahaan.
d. Laba per
lembar saham (EPS) yaitu rasio laba per lembar atau disebut juga nilai buku
merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan
bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk
memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan
pemegang saham meningkat. Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal
untuk setiap lembar saham. Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal
untuk setiap satu lembar saham (Andi, 2010:18).
C. Peranan Laporan
Keuangan
Menurut Baridwan (2004:17) Laporan keuangan merupakan suatu
ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebabankan kepadanya oleh para
pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk
memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar
perusahaan.
Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC),
adapun tujuan dari laporan keuangan itu adalah:
1. Berguna bagi
investor dan kreditor yang ada dan potensial, serta pemakai lainnya dalam
membuat keputusan investasi, pemberian kredit dan keputusan lainnya.
2. Dapat membantu
investor dan kreditor yang potensial dan pemakai lainnya untuk menaksir jumlah,
waktu, dan ketidakpastian dari penerimaan uang di masa mendatang yang berasal
dari dividend atas bunga pelunasan, dan jatuh temponya surat-surat berharga
atau pinjaman-pinjaman.
3. Menunjukkan
sumber-sumber ekonomi suatu perusahaan, klaim atas sumber-sumber ekonomi dari
suatu perusahaan, dan pengaruh dari transaksi-transaksi, kejadian-kejadian dan
keadaan yang mempengaruhi sumber-sumber dan klaim atas sumber tersebut.
D. Saham
Saham adalah keikutsertaan investor dalam perusahaan sebagai
pemodal. Saham memberikan return dalam bentuk deviden, yang biasanya dibayarkan
sekali setahun, dan capital gain (kenaikan harga saham di pasar). Deviden dan
capital gain akan ada jika perusahaan memperoleh laba karena per definisi,
deviden adalah laba yang dibagikan. Sedangkan capital gain terjadi karena
adanya laba yang tidak dibagikan dan faktor pertumbuhan perusahaan di masa
depan. Perusahaan yang rugi tidak akan membagikan deviden dan jika perusahaan
itu tidak menjanjikan pertumbuhan, yang akan diperoleh investor adalah capital
loss atau penurunan harga saham di pasar (http://mozaik-info.blogspot.com).
Diantara surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar
modal, saham biasa adalah yang paling dikenal masyarakat. Di antara emitmen
(perusahaan yang menerbitkan surat berharga), saham biasa juga merupakan yang
paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Secara sederhana,
saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang
atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan kertas tersebut.
Saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Pada dasarnya ada dua keuntungan
yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham yaitu:
1. Deviden
Deviden merupakan pembagian keutungan yang diberikan
perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Deviden
yang umum adalah bentuk deviden kas. Pembayaran deviden kas mengurangi kas
perusahaan dan laba ditahan.
2. Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga
jual. Capital gain terbentuk dengan adanya penjualan saham yang harga jualnya
lebih mahal dibandingkan harga pada saat membeli saham. saham yang dikenal
sehari- hari merupakan saham biasa dan saham preferen.
1) Saham Biasa
(Common Stock)
Mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang
dimiliki perusahaan dan pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas.
Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh
pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut. Menurut Fred ada
beberapa yang menjadi hak pemegang saham biasa dari saham biasa, yaitu:
(a) Hak untuk
member suara dan menjual sertifikat saham mereka dengan memindahkan kepemilikan
saham ke pihak lain.
(b) Hak untuk
memeriksa atau mengetahui laporan keuangan perusahaan.
(c) Memiliki hak
terakhir dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut di
likuidasi.
(d) Memiliki
tanggung jawab terbatas atas klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya.
(e) Hak untuk
memiliki saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan terlebih dahulu.
2) Saham Preferen
(Prefered Stock)
Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi
dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga
obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki
investor. Serupa saham biasa karena memiliki kepemilikan ekuitas dan
diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham
tersebut, dan membayar deviden. Karakteristik dari saham Preferen:
a. Hak menerima
deviden terlebih dahulu dibandingkan pemegang saham biasa. Saham preferen
kadangkala memberikan hak kumulatif, yaitu memberikan hak pada pemegangnya
untuk menerima deviden tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang
saham biasa menerima devidennya.
b. Hak atas
aktiva perusahaan dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh pemegang saham
biasa pada saat terjadi likuidasi.
E. Harga Saham
Harga saham adalah nilai bukti penyertaan modal pada
perseroan terbatas yang telah listed di bursa efek, dimana saham tersebut telah
beredar (outstanding securities). Harga saham dapat juga didefenisikan sebagai
harga yang dibentuk dari interaksi antara para penjual dan pembeli saham yang
dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap keuntungan perusahaan. Harga
saham penutupan (closing price) yaitu harga yang diminta oleh penjual atau
harga perdagangan terakhir untuk suatu periode.
Secara umum, keputusan membeli atau menjual saham ditentukan
oleh perbandingan antara perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasarnya. Dalam
hal penilaian harga saham, terdapat tiga pedoman yang dipergunakan. Pertama,
bila harga pasar saham melampaui nilai instrinsik saham, maka saham tersebut
dinilaiovervalued (harganya terlalu tinggi). Oleh karena itu, saham tersebut
sebaiknya dihindari atau dilakukan penjualan saham karena kondisi seperti ini
pada masa yang akan datang kemungkinan besar akan terjadi koreksi pasar. Kedua,
apabila harga pasar saham sama dengan nilai instrinsiknya maka harga saham
tersebut dinilai wajar dan berada dalam kondisi keseimbangan. Pada kondisi
demikian, sebaiknya pelaku pasar tidak melakukan transaksi pembelian maupun
penjualan saham yang bersangkutan. Ketiga, apabila harga pasar saham lebih
kecil dari nilai instrinsiknya maka saham tersebut dikatakan undervalued
(harganya terlalu rendah). Bagi para pelaku pasar, saham sebaiknya tetap
dimiliki, karena besar kemungkinan dimasa yang akan datang akan terjadi
lonjakan harga saham.
F. Pengaruh Rasio
Profitabilitas Terhadap Harga Saham
Telah banyak penulis yang melakukan riset tentang hubungan
Rasio Profitabilitas dengan Harga Saham berikut ini diuraikan hasil riset
terdahulu:
1. Hubungan
Earning Per Share(EPS) Dengan Harga Saham
Earning per share (EPS) adalah rasio antara laba bersih
setelah pajak dengan jumlah saham (Tjptono dan Hendry M Fakhuddin, 2006.
Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang
siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Seorang investor membeli
dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh
dividend atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran
dividend dan kenaikan nilai saham dimasa datang. Oleh karena itu, para pemegang
saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan. Apabila
Earning per Share (EPS) perusahaan tinggi, akan semakin banyak investor yang
mau membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham akan tinggi (Fara Dharmastuti,
2004). Pernyataan tersebut di perkuat oleh hasil penelitian Puji Astuti dalam
Dwiatma (2002), Noer Sasongko dan Nila Wulandari (2006) menemukan bahwa EPS
berhubungan positif dan signifikan dengan harga saham.
2. Pengaruh
Return On equity (ROE) Terhadap Harga Saham
Return on Equity
(ROE) adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan ekuitas yang
dimiliki oleh perusahaan (Fara Dharmastuti, 2004). ROE merupakan rasio yang
memberikan informasi pada para investor tentang seberapa besar tingkat
pengembalian modal dari perusahaan yang
berasal dari kinerja perusahaan menghasilkan laba. Semakin besar nilai ROE maka
tingkat pengembalian yang diharapkan investor juga besar. Semakin besar nilai
ROE maka perusahaan dianggap semakin menguntungkan oleh sebab itu investor
kemungkinan akan mencari saham ini sehingga menyebabkan permintaan bertambah
dan harga penawaran dipasar sekunder terdorong naik (Chastina Yolana dan Dwi
Martni, 2005). Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Puji Astuti
(2002) yang menemukan ROE mempunyai hubungan pengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham.ROE Mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga saham
3. Hubungan Net
Profit Margin (NPM) Dengan Harga Saham
Analisis terhadap beban-beban non operasi diperlukan dalam
rangka menganalisis margin laba bersih (net profit margin) sementara laba
bersih mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menutupi beban-beban
pendanaan berupa deviden.
Semakin besar rasio NPM suatu perusahaan suatu perusahaan maka
saham perusahaan tersebut layak untuk di beli karena rasio NPM menunjukkan daya
tahan yang lebih baik untuk menghasilkan laba sehingga ada kemungkinan dapat
meningkatkan deviden dan laba per lembar saham (Surono dalam Nugroho, 2001:32).
Hal ini merupakan sentiment positif dari perusahaan yang mempengaruhi investor
untuk membeli saham perusahaan karena perusahaan dinilai memiliki daya tahan
dan kemampuan menghasilkan laba yang baik. Semakin banyak permintaan saham maka
harga saham akan semakin tinggi pula (Surono dalam Nugroho, 2001:33).
4. Pengaruh Gross Profit Margin (GPM) Terhadap Harga
Saham
Gross profit margin
mencerminkan kemampuan manajemen suatu perusahaan dalam menghasilkan laba kotor
sehubungan yang dilakukan. Gross profit margin merupakan perbandingan antar
penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok Penjualan dengan tingkat penjualan,
GNP menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan. Rasio
informasi pada para investor tentang seberapa besar tingkat pengembalian
modal dari perusahaan yang berasal dari
kinerja perusahaan menghasilkan laba.
BAB III
METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Riset menggunakan data sekunder dengan mengunduh laporan
keuangan perusahaan tambang melalui internet selama 6 bulan dimulai dari Bulan
Maret sampai Bulan Agustus.
B. Tipe Penelitian
Tiap penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Penelitian
Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data
dengan membaca dan mempelajari buku-buku bacaan yang berhubungan dengan
penelitian.
2. Penelitian
Lapangan
Studi lapangan yang dilakukan dengan cara penggunaan data
primer yang diperoleh melalui analisis terhadap laporan keuangan dan harga
saham perusahaan Tambang Tbk.
C. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam
penelitian ini adalah telaah dokumen. Telaah dokumen dilakukan dengan
pengamatan secara langsung terhadap laporan keuangan dan harga saham PT Tambang
Tbk dan keterangan lainnya yang menunjang penyelesaian penelitian ini.
D. Jenis dan Sumber
Data
Dalam Penelitian, data yang digunakan adalah data sekunder
dimana data tersebut adalah data telah tersedia dari PT Tambang Tbk yang berupa
laporan keuangan yang telah di audit dan harga saham yang di akses melalui
internet.
E. Defenisi
Operasional
1. Harga saham
dalam penelitian ini merupakan variable dependen. Harga saham yang dimaksud
adalah harga saham pada saat Closing Price (harga penutupan) tanggal transaksi
terakhir pada bulan pengumuman laporan keuangan 2009, 2010, 2011 di tahun
berikutnya.
2. Rasio
profitabilitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rasio yang
mencerminkan tingkat efektifitas yang dicapai oleh suatu perusahaan, rasio
profitabilitas ini menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Rasio profitabilitas yang digunakan yaitu
Gross profit Margin (GNP), Return On Equity(ROE), Earning Per Share
(EPS), Net Profit Margin (NPM).
3. Earning Per
Share (EPS) rasio antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham. Informasi EPS suatu
perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi
semua pemegang saham perusahaan.
4. Return On
Equity (ROE) perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan ekuitas yang
dimiliki oleh perusahaan. rasio yang memberikan informasi pada para investor
tentang seberapa besar tingkat pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja
perusahaan yang dapat menghasilkan laba.
5. Net Profit
Margin (NPM) Semakin besar rasio NPM suatu perusahaan suatu perusahaan maka
saham perusahaan tersebut layak untuk di beli karena rasio NPM menunjukkan daya
tahan yang lebih baik untuk menghasilkan laba sehingga ada kemungkinan dapat
meningkatkan deviden dan laba per lembar saham.
6. Gross Profit
Margin GNP menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
rasio informasi pada para investor tentang seberapa besar tingkat pengembalian
modal dari perusahaan yang berasal dari
kinerja perusahaan menghasilkan laba.
DAFTAR PUSTAKA
Andi, 2010. “Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap
Harga Saham Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”. Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Baridwan, Zaki.2004. Intermediate Accounting, Jakarta:
Penerbit BPPE
Darmadjie, Tjiptono dan Fakhuddin, Hendy M. 2011. Pasar
Modal di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat.
Dharmastuti, Fara. 1995-2002. ”Analisis Pengaruh Earning Per
Share, Price Earning Rasio, Return on Investment, Debt to Equity Rasio dan Net
profit Margin dalam Menetapkan Harga Saham Perdana pada Perusahaan yang
Terdaftar di BEI.
Harahap Syafri Sofyan, 2001. Analisis Laporan Keuangan.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Nugroho, Bhuono Agung, Surono “Pengaruh Laba Akuntansi dan
Rasio Profitabilitas Perusahaan Publik Terhadap Harga Saham di Bursa Efek
Jakarta”. Tesis. Semarang Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Puji Astuti, 2002 dalam Dwiatma 2011. “Analisis Pengaruh
Earning per Share (EPS), Return on equity (ROE), dan Debt to Equity rasio (DER)
Terhadap Harga Saham pada perusahaan, Wholesale dan Retail Trade yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Universitas Diponegoro Semarang.
Soemarso, 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Buku 1. Edisi 5.
Jakarta: Salemba Empat.
0 komentar:
Posting Komentar