Siapa yang tak kenal
dengan nasi goreng? Makanan yang disukai
oleh presiden Obama sewaktu kecil ini sangat mudah ditemui hampir diseluruh
penjuru Indonesia bahkan mungkin dunia.
Seringkali makanan ini disajikan dengan telur goreng atau daging sebagai
menu sarapan. Bahkan, tak sedikit orang
yang menjadikan nasi goreng sebagai makanan favoritnya. Namun, apakah anda tahu jika nasi goreng yang
enak dan biasa kita santap mengandung akrilamid?
Akrilamid merupakan
senyawa penyusun poliakrilamid yang sering digunakan dalam pembuatan plastik,
kertas, atau tekstil. Namun, senyawa ini
juga dapat muncul pada makanan. Terlebih,
jika terkonsumsi dalam jumlah yang banyak akan berbahaya dan berpotensi
menyebabkan kanker. Sebuah studi oleh
WHO pada tahun 2002 menyatakan bahwa akrilamid terbukti menyebabkan tumor pada
beberapa organ hewan percobaan seperti otak, jantung, kulit, dan ginjal.
Lembaga Administrasi
Pangan Nasional Swedia (NFA) pada tahun 2002 menyatakan bahwa akrilamid
terkandung pada makanan berkarbohidrat yang dimasak pada suhu tinggi (lebih
dari 120°C) seperti digoreng, dipanggang, atau dibakar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam 1 kg
sampel nasi goreng mengandung akrilamid hingga 60 µg sedangkan nasi kukus tidak
mengandung akrilamid secara berarti.
Tentu saja jumlahnya lebih rendah dari kandungan pada keripik pisang
yang mencapai 770 µg/kg dan keripik kentang yang mencapai 1700 µg/kg.
Berbahaya atau tidaknya
akrilamid bagi tubuh kita sangat ditentukan oleh jumlah yang dikonsumsi tiap
harinya. Sebuah survey mengatakan jumlah
akrilamid rata-rata yang dikonsumsi masyarakat Hongkong pada tahun 2002 sebesar
0,3 µg/kg berat badan untuk setiap harinya.
Jumlahnya pada anak-anak sekolah lebih tinggi yaitu mencapai 0,4 µg/kg
berat badan untuk setiap harinya. Hal
ini dimungkinkan karena anak-anak sangat suka dengan produk gorengan seperti
nasi goreng, keripik kentang, dan produk sejenisnya. Bisa jadi jumlah yang dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia lebih tinggi dari jumlah tersebut karena sebagian besar
masyarakat Indonesia suka dan sering mengkonsumsi makanan gorengan.
Mengingat sering dan
mudahnya menemui dan mengkonsumsi
makanan gorengan di Indonesia, sangat sulit untuk menghindari terkonsumsinya
akrilamid melalui makanan gorengan.
Namun, untuk mengurangi resiko munculnya akrilamid pada makanan,
sebaiknya jangan memasak makanan dengan suhu terlalu tinggi dan terlalu
lama. Konsumsi makanan secara seimbang
dan beragam serta perbanyak konsumsi buah dan sayuran. Selektif dalam memilih jajanan juga
sebaiknya mulai diterapkan demi kesehatan kita.
0 komentar:
Posting Komentar