A. LATAR BELAKANG
Latar belakang masalah penelitian (research background)
adalah bagian pertama dan sangat penting dalam menyusun tulisan ilmiah, baik
dalam bentuk paper atau tesis. Latar belakang masalah penelitian menjelaskan
secara lengkap topik (subject area) penelitian, masalah penelitian yang kita
pilih dan mengapa melakukan penelitian pada topik dan masalah tersebut
(Berndtsson et al., 2008).
Dalam latar belakang masalah penelitian, akan diuraikan
fakta-fakta, hasil-hasil penelitian orang lain, atau teori-teori yang
melatarbelakangi masalah yang ingin diteliti. Dengan uraian tentang fakta-fakta
dan teori-teori tersebut maka orang lain diyakinkan bahwa masalah yang akan
diajukan tersebut cukup penting dan cukup justified, Dalam latar belakang harus
jelas diuraikan mengapa masalah tersebut dipilih ? apa justifikasinya, mengapa
penelitian itu diadakan di wilayah itu ?
Secara sederhana latar belakang terdiri dari fakta, teori
dan opini, yaitu
Fakta berisi data-data pendukung permasalahan anda.
Teori berisi singkatan teori yang mendukung permasalahan
anda.
Opini berisi tentang pendapat anda yang berisi komen
terhadap fakta dan teori sebelumnya.
Dalam perumusan masalah pada karya tulis hal-hal berikut
perlu diuraikan :
Introduksi masalah penelitian, introduksi isinya apa yang
anda permasalahkan, biasanya
definisi-definisi dari apa yang tercantum dari tulisan manda.
Justifikasi/skala masalah berupa besarnya masalah dan
pengaruh yang timbul terhadap kesehatan, waktu terjadi pada saat ini (apakah
semakin meningkat);tempat kejadian, karakteristik masyarakat yang terkena.
Kronologis masalah tentang bagaimana permasalahan bisa
terjadi secara teoritis, berupa penyebab masalah dan dampak dari masalah.
Konsep solusi berupa berisi bagaimana kira-kira permasalahan
diselesaikan baik yang sudah dan akan digunakan.
B. BATASAN MASALAH
Seorang penulis harus membatasi topik yang akan digarapnya.
Setiap penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit
dan terbatas atau sangat khusus untuk digarap, sehingga tulisannya dapat
terfokus.
Pembatasan topik sekurang-kurangnya akan membantu pengarang
dalam beberapa hal:
Pembatasan memungkinkan penulis untuk menulis dengan penuh
keyakinan dan kepercayaan, karena topik itu benar-benar diketahuinya.
Pembatasan dan penyempitan topik akan memungkinkan penulis
untuk mengadakan penelitian yang lebih intensif mengenai masalahnya. Dengan
pembatasan itu penulis akan lebih mudah memilih hal-hal yang akan dikembangkan.
Cara membatasi sebuah topik dapat dilakukan dengan
mempergunakan cara sebagai berikut:
Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.
Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam
kedudukan sentral itu masih dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat,
tempatkanlah rincian itu sekitar lingkaran topik pertama tadi.
Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan dipilih.
Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci
lebih lanjut atau tidak. Dengan demikian dilakukan secara berulang sampai
diperoleh sebuah topik yang sangat khusus dan cukup sempit.
C. PERUMUSAN MASALAH
Dalam memformulasikan atau merumuskan masalah, kiranya
peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasanya berlaku yaitu
dengan memperhatikan:
Aspek substansi;
Aspek formulasi; dan
Aspek teknis.
Dari sisi aspek substansi atau isi yang terkandung, perlu
dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui
tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa/mirip yang
dihadapi guru, kegunaan metodologik dengan diketemukannya model tindakan dan
prosedurnya, serta kegunaan teoritik dalam memperkaya atau mengoreksi teori
pembelajaran yang berlaku. Sedang dari sisi orisinalitas, apakah pemecahan
dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang belum pernah dilakukan
guru sebelumnya. Jika sudah pernah berarti hanya merupakan pengulangan atau
replikasi saja.
Pada aspek formulasi, seyogyanya masalah dirumuskan dalam
bentuk kalimat interogatif (pertanyaan), meskipun tidak dilarang dirumuskan
dalam bentuk deklaratif (pernyataan). Hendaknya dalam rumusan masalah tidak
terkandung masalah dalam masalah, tetapi lugas menyatakan secara eksplisit dan
spesifik tentang apa yang dipermasalahkan.
Dan aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan
peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan
yang dapat diajukan seperti kemampuan teoritik dan metodologik pembelajaran,
penguasaan materi ajar, kemampuan metodologi penelitian tindakan, kemampuan
fasilitas untuk melakukan penelitian seperti dana, waktu, tenaga, dan perhatian
terhadap masalah yang akan dipecahkan.
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian merupakan satuan yang selaras dari
perumusan masalah dan manfaat penelitian. Secara umum, tujuan penelitian adalah
pernyataan jawaban atas pertanyaan mengapa anda ingin melakukan penelitian tersebut.
Biasanya dalam penulisan tujuan adalah sesuai dengan perumusan masalah.
Tujuan penelitian dapat dibedakan menjadi tujuan umum
(general purposes) dan tujuan khusus (spesific purposes). Adanya tujuan ini
dimaksudkan pula agar apa yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini dapat
diketahui dan dapat diukur tingkat keberhasilannya. Penulisan tujuan dirumuskan
dalam bentuk kalimat yang afirmatif. Bila sekiranya akan timbul perbedaan
penafsiran, perlu diberikan definisi istilah dan variabel-variabel penelitian
yang bersangkutan.
Tujuan umum merupakan pernyataan spesifik yang menggambarkan
luaran yang akan dihasilkan dari penelitian, bersifat global, jangka panjang
dan abstrak
Tujuan khusus penelitian
merupakan pernyatan dalam bentuk kongkrit dan dapat diukur
berupa uraian atau langkah-langkah untuk mencapai tujuan
umum penelitian
Tujuan khusus berkaitan dgn masalah penelitian &
menunjukkan variabel yg akan diteliti
boleh dalam kalimat aktif (mengetahui, menilai, membuktikan,
mendeskripsikan, dsb.) maupun pasif (diketahuinya, dsb.)
Jenis tujuan penelitian
Mendapatkan informasi IPTEK tertentu
Mengembangkan metode/ alat/ teori/ konsep baru yang lebih
efektif/ efisien dibanding yg ada
Menilai faktor-faktor yangg berhubungan/ berpengaruh
terhadap suatu kejadian
Mengevaluasi program, kegiatan atau menjelaskan fakta
terkait dengan peraturan/ prosedur
Membandingkan efektivitas/ efisiensi biaya pengobatan 2
kelompok atau lebih responden
Untuk memberikan arahan dalam pelaksanaan penelitian,
proposal penelitian memuat apa yang hendak dicapai. Tujuan penelitian, banyak
memberi warna terhadap langkah-langkah yang akan ditempuh, karenanya menurut
Moh. Ali (1994 : 96) ada beberapa criteria yang harus diperhatikan yaitu ;
Tujuan penelitian dirumuskan secara jelas dan operasional
Tujuan penelitian diarahkan sekitar masalah yang diteliti
Tujuan penelitian member arah yang tepat bgi peneliti
tentang sasaran yang dituju.
Tujuan penelitian menccerminkan analisis massalah dari segi
variabel yang diteliti, sehingga memungkinkan terpeccahkannya masalah.
E. KEGUNAAN PENELITIAN
Kegunaan penelitian adalah penggunaan hasil penelitian
berupa informasi, model/ alat/ teori/ konsep/ faktor-faktor yang berpengaruh, evaluasi, dan peramalan
kejadian yang dapat digunakan oleh:
Program kesehatan utk perencanaan, pengambilan
keputusan/perumusankebijakan.
Masyarakat umum.
Masyarakat industri.
Pengembangan ilmu pengetahuan.
Pada intinya, kegunaan penelitian menguraikan seberapa jauh
kebergunaan dan kontribusi hasill penelitian anda. Kegunaan
penelitian/penulisan dapat diuraikan secara terpisah. Maksudnya, kegunaan
penelitian tersebut dapat diperinci lagi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap penelitian anda. Kegunaan penelitian dapat dibedakan menjadi
kepentingan praktis, kepentingan bidang keilmuan, atau kepentingan bidang
profesi peneliti, instansi/organisasi, atau kelompok tertentu.
Salah satu contoh kegunaan penelitian skripsi mahasiswa yang
terbimbing baik adalah
Bagi Lembaga
Orisinilitas karya tulis sarjana yang ditelurkan lebih
terjamin dan lebih terasakan.
Mutu Sarjana yang diluluskan lebih tinggi dan handal.
Kegiatan akademik di Kampus akan lebih hidup dan berbobot.
Bagi Mahasiswa
Mendapat pengalaman meneliti yang berharga.
Mendapat pembinaan diri menuju pribadi berkualitas.
Mempersembahkan hasil karya yang dapat membanggakan.
Bagi Dosen Pembimbing
Menambah penalaran ilmu khususnya pengetahuan terapan.
Menambah khasanah data dan informasi yang terpercaya.
Menambah tajam wawasan keilmuan dan prestasi akademik.
F. HIPOTESIS
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo= di bawah;thesis
= pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa merupakan sebuah
istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti
kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam
penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis,
tidak ada perbedaan makna di dalamnya. Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban
sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus
dibuktikan kebenarannya.
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut
dirumuskan dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil
penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika
hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian,
melainkan juga sukar diuji secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar,
sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk
menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu,
hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan
atau searah dengan tujuan penelitian.
Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang
benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara
empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam
hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur
secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis
deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau
distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai
yang mempunyai makna.
Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang
dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam
pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada
(atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari
variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang
tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan
hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak
ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis
bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode
observasi, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik
yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang
menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit
yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan
negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat
umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan
tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis
akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana
kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan
hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis
yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel
yang akan dihipotesiskan.
Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan
antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang
diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.
Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum
Penentuan masalah. Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan
pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa
yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori
atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya
dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran
ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary
hypothesis). Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari
semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa
preliminer, observasi tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak
akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan
dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam
penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian,
namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba
sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
Pengumpulan fakta. Dalam penalaran ilmiah, diantara jumlah
fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan
dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan
ketepatan memilih fakta.
Formulasi hipotes. Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham
atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini.
Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu diantara sejumlah fakta.
Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari
hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di
bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu
pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
Pengujian hipotesa, artinya mencocokkan hipotesa dengan
keadaan yang dapat diobservasi dalam istilah ilmiah hal ini disebut
verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka
disebut konfirmasi. Terjadi falsifikasi(penyalahan) jika usaha menemukan fakta
dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa, dan bilamana usaha itu
tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan
koroborasi(corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau
koroborasi dapat disebut teori.
Aplikasi/penerapan. apabila hipotesa itu benar dan dapat
diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu
harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat
diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
G. KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka dalam penelitian, baik penelitian pustaka
maupun penelitian lapangan mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bahkan tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa kajian pustaka merupakan merupakan variabel
yang menentukan dalam suatu penelitian. Karena akan menentukan cakrawala dari
segi tujuan dan hasil penelitian. Di samping itu, berfungsi memberikan landasan
teoritis tentang mengapa penelitian tersebut perlu dilakukan dalam kaitannya
dengan kerangka pengetahuan.
Oleh karena itu, pengertian kajian pustaka umumnya dimaknai
berupa ringkasan atau rangkuman dan teori yang ditemukan dari sumber bacaan
(literatur) yang ada kaitannya tema yang akan diangkat dalam penelitian.
Tujuan utama kajian pustaka adalah untuk mengorganisasikan
penemuan-penemuan peneliti yang pernah dilakukan. Hal ini penting karena
pembaca akan dapat memahami mengapa masalah atau tema diangkat dalam
penelitiannya. Di samping itu, kajian pustaka juga bermaksud untuk menunjukkan
bagaimana masalah tersebut dapat dikaitkan dengan hasil penelitian dengan
pengatahuan yang lebih luas.
Secara lebih rinci tujuan kajian pustaka, dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Menentukan dan membatasi permasalahan penelitian.
Meletakkan penelitian pada perspektif sejarah dan
asosiasoinal.
Menghindari replikasi yang tidak disengaja dan tidak perlu.
Replikasi yang tidak sengaja terhadap penelitian yang pernah dilakukan oleh
peneliti perlu dihindari karena hanya merupakan pemborosan.
Menghubungkan penemuan dengan pengatahuan yang ada dan
ususlan untuk penelitian lebih lanjut.
Karena tujuan ini, kajian pustaka bukanlah proses yang mudah
dilakukan. Pembuatan kajian pustaka menuntut pemahaman yang komprehensif dari
peneliti tentang pengatahuan yang pernah ditulis oleh orang lain dalam bidang
yang menjadi konsepnya. Kajian pustaka meliputi kegiatan mencari, membaca,
mengevaluasi, menganalisis dan membuat sistesis laporan-laporan penelitian dan
teori, serta melaporkan amatan dan pendapat yang berhubungan dengan penelitian
yang direncanakan.
H. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian berasal dari kata “metode” yang
artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan “logos” yang artinya ilmu
atau pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan
menggunakan pikiran secara saksama untuk mencapai suatu tujuan.
Metodologi penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang
dilewati untuk mencapai pemahaman dengan syarat ketelitian dalam arti
kebenarannya harus dapat dipercayai.
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Berdasarkan pengertian dan landasan-landasan di atas dapat
disimpulkan bahwa Metodologi penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan
yang menbicarakan atau mempersoalkan mengenai cara-cara melaksanakan penelitian
berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah yang teiji
kebenarannya.
Sumber Data
Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi
penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berujut
suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun
simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat
lingkungan, obyek, kejadian ataupunsuatu konsep.
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara
langsung (dari tangan pertama).Contoh data primer adalah data yang diperoleh
dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data
hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari
sumber yang sudah ada. Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi
perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan
pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor
penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara
mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Jenis sumber
data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari
sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung
(data sekunder).
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang
dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat
diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes,
dokumentasi dan sebagainya. Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat
yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list,
kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan
lainnya.
Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan
adalah angket, observasi dan wawancara.
Angket
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain
yang dijadikan responden untuk dijawabnya. Meskipun terlihat mudah, teknik
pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup
besar dan tersebar di berbagai wilayah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait
dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik.
Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga
dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi,
kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang
tidak terlalu besar.
Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun
peneliti terhadap nara sumber atau sumber data. Wawancara pada penelitian
sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak
mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil
teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya
penelitian kualitatif) Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak
terstruktur.
Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui
dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar
pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan
alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu
kelancaran wawancara.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan
diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin
digali dari responden.
Metode Analisis
Ada dua metode secara umum yang dapat digunakan dalam
penelitian yaitu analisis data secara kualitatif yang digunakan pada penelitian
yang menggunakan pendekatan kualitatif. Pada analisis ini tidak menggunakan
alat statistik, akan tetapi dilakukan dengan menbaca tabel-tabel,
grafik-grafik, atau angka-angka yang tersedia kemudian melakukan uraian dan
penafsiran.
Analisis data secara kuantitatif digunakan pada penelitian
dengan pendekatan kuantitatif. Pada pendekatan seperti ini menggunakan alat
statistik. Bila pendekatan menggunakan alat statistik berarti analisis data
dilakukan menurut dasar-dasar statistik. Ada dua macam alat statistik yang
digunakan yaitu: Statistik Deskriptif dan Statistik Inferensial. Jika dilihat
dari jumlah variabel yang dianalisis ada 3 jenis analisis data yaitu:
Analisis Univariat, analisis yang menggunakan 1 variabel.
Analisis Bivariat, analisis yang menggunakan 2 variabel.
Analisis Multivariat, analisis yang menggunakan 3 atau lebih
variabel
Jika dengan menganalisis data kualitatif diperoleh gambaran
yang teratur tentang suatu peristiwa atau kejadian maka statistik ini disebut
“Deskriftif” misalnya pengukuran nilai sentral (Rata-rata, Median, Modus),
deviasi, perhitungan angka indeks, ukuran korelasi, dan trend. Metode lebih
lanjut dimana dalam analisis tersebut memberikan cara bagaimana menarik
kesimpulan mengenai ciri-ciri populasi tertentu berdasarkan hasil dari analisis
serangkaian sampel yang diambil dari populasi tersebut dinamakan “Metode
Statistik Inferensial”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar