Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi –
proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Proposisi adalah “pernyataan dalam bentuk kalimat yang
memiliki arti penuh, serta mempunyai nilai benar atau salah, dan tidak boleh
kedua-duanya”.
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
http://andriksupriadi.wordpress.com/2010/04/01/pengertian-proposisi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Implikasi?wasRedirected=true
http://miracledy.wordpress.com/2014/03/16/penalaran/
Inferensi dan Implikasi
Definisi Inferensi :
Proses bekerja dengan pengetahuan. fakta dan strategi
pemecahan masalah, untuk mengambil suatu kesimpulan. ( Berpikir dan mengambil
kesimpulan )
Implikasi dapat merujuk kepada:
Dalam manajemen:
Implikasi prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan
representasi, perencanaan kerja dan formulasi kebijakan
implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke
depan dan perumusan tindakan
Dalam logika:
Implikasi logis dalam logika matematika
kondisional Material dalam falsafah logika
Dalam linguistik:
Implikasi (pragmatis)
Entailmen (pragmatics)
Kegunaan lain:
Dalam matematika, fungsi dapat merupakan implisit.
Diagnosa medis (penyelidikan ilmiah), dalam ilmu kedokteran
forensik, hipotesis penyebab adalah implikasi atau indikasi alasan pada kondisi
yang dapat ditemukan yang dapat memberikan penyebab.
Wujud Evidensi
Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentative
adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua
kesaksian, semua informasi, atau autoritas dan sebagainya yang di
hubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran.fakta dalam kedudukan
sebagai efidensi tidak boleh dicampur adukkan dengan apa yang dikenal sebagai
pernyataan dan penegasan.Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap
sebuah evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah fakta itu benar atau tidak.
Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada
pernyataan saja, bila ia menganggap pendengar sudah mengetahui fakta-faktanya,
serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya.
Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk
data atau informasi.Yang dimagsud dengan data atau informasi adalah bahan
keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan
informasi berupa statistik, dan heterangan-keterangan yang dikumpulkan atau di
berikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan kedalam
pengertian data dan informasi. Untuk itu penulis atau pembicara harus
mengadakan pengujian atas data dan informasi tersebut, apakah semua bahan
keterangan itu merupakan fakta. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi,
atau yang ada secara nyata.
Cara Menguji Data
Supaya data dan informasi dapat di pergunakan dalam
penalaran data dan informasi itu harus merupakan fakta. Dalam kedudukannya yang
pasti sebagai data, bahan-bahan itu siap digunakan sebagai evidensi. Oleh sebab
itu perlu diadakan pengujian-pengujian melalui cara-cara tertentu. Di bawah ini
akan di kemukakan beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengadakan
pengujian tersebut.
a. Observasi
Fakta-fakta yanag telah diajukan sebagai evidensi mungkin
belum memuaskan seseorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan
dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakannya sebaik-baiknya dalam usaha
menyakinkan para pembaca, maka kadang-kadang pengarang merasa perlu untuk
mengadakan peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau informasi
itu dan sesungguhnya dalam beberapa banyak hal pernyataan-pernyataan yang
diberikan oleh seseorang, biasanya didasarkan pula atas observasi yang telah
diadakan.
b. Kesaksian
Keharusan menguji data dan informasi, tidak selalu harus
diakukan dengan observasi. Kadang-kadang sangat sulit untuk mengharuskan
seseorang mengadakan observasi atas obyek yang akan dibicarakan. Kesulitan itu
terjadi karena waktu, tempat, dan biaya yang harus di keluarkan. Untuk
mengatasi hal itu penulis atau pengarang dapat melakukan pengujian dan meminta
kesaksian atau keterangan dari orang lain, yang telah mengalami sendiri atau
menyelidiki sendiri persoalan itu. Demikian pula halnya dengan penulis dan
pengarang atau penulis, untuk memperkuat evidensinya mereka dapat mempergunakan
kesaksian orang lain yang telah mengalami peristiwa tersebut.
c. Autoritas
Cara ketiga yang dapat dipergunakan untuk menguji fakta
dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu autoritas,
yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang telah menyelidiki
fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua
fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam
bidang itu.
Cara Menguji Fakta
Sebagai telah dikemukakan diatas, untuk menetapkan apakah
data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan
penilaian, apakah data-data atau informasi itu merupakan kenyataan atau hal-hal
yang sunguh-sungguh terjadi. Penilaian tingkat pertama hanya diarahkan untuk
mendapatkan keyakinan bahwa semua keyakinan itu adalah fakta.
a. Konsistensi
Dasar pertama yang harus dipakai untuk menetapkan fakta mana
yang akan dipakai sebagai evidensi adalah konsistenan. Sebuah argumentasi akan
kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya
bersifat konsisten, tidak ada suatu evidensi bertentangan atau melemahkan
evidensi yang lain.
b. Koherensi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian
atau fakta mana yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah
koherensi.Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula
koherendengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan atau
sikap yang berlaku.
Cara Menilai Autoritas
Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan
menghindari semua desas-desus, atau kesaksian tangan kedua. Penulis yang baik
akan membedakan apa pula apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat
yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data-data fundamental.
Demikian pula sikap seorang penulis menghadapi pendapat autoritas. Ada
kemungkinan bahwa suatu autoritas dapat melakukan suatu kesalahan-kesalahan.
Untuk menilai suatu otoritas, penulis dapat memilih beberapa pokok berikut :
a. Tidak Mengandung Prasangka
Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah
pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka. Yang tidak
mengandung prasangkaartinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau didasarkan pada hasil-hasil
eksperimental yang dilakukannya. Pengertiantidak mengandung prasangka juga
mencakup hal lain, yaitu bahwa autoritas itu tidak boleh memperoleh keuntungan
pribadi dari data-data eksperimentalnya. Bila faktor-faktor itu tidak
mempengaruhi autoritas itu, maka pendapatnya dapat dianggap sebagai suatu
pendapat yang obyektif.
b. Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk
memperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu otoritas adalah menyangkut
pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan
awal, pendididkan yang diperolehnya harus dikembangkan lebih lanjut dalam
kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui pendidikan tadi.
Pengalaman-pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian-penelitian yang
dilakukan dan prestasi hasil-hasil penelitian dan hasil pendapatnya akan lebih
memperkokoh kedudukannya, dengan catatan bahwa syarat pertama diatas harus juga
di perhatikan.
c. Kemashuran dan Prestise
Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk
menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan
dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibalik kemasyuran dan
prestise pribadi dibidang lain. Apakah ahli itu menyertakan pendapatnya dengan
fakta-fakta yang meyakinkan.
d. Koherensi dengan Kemajuan
Hal keempat yang perlu diperhatikan oleh penulis argumentasi
adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan
dengan kemajuan jaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terahir dalam
bidang itu. Pengetahuan dan pendapat terahir tidak selalu berarti bahwa
pendapat itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapat-pendapat
terahir dari ahli-ahli dalam bidang yang sama lebih dapat diandalkan, karena
autoritas-autoritas semacam itu memperoleh kesempatan yang paling baik untuk
membandingkan semua pendapat sebelumnya, dengan segala kebaikan dan keburukan
atau kelemahannya, sehingga mereka dapat mencetuskan suatu pendapat yang lebih
baik, yang lebih dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk melihat bahwa penulis sungguh-sungguh siap dengan
persoalan yang tengah diargumentasikan, maka sebaiknya seluruh argumentasi itu
jangan didasarkan hanya pada suatu autoritas. Dengan bersandar pada suatu
autoritas saja, maka hal itu diperlihatkan bawha penulis karangan telah
benar-benar mempersiapkan diri.
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
http://andriksupriadi.wordpress.com/2010/04/01/pengertian-proposisi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Implikasi?wasRedirected=true
http://miracledy.wordpress.com/2014/03/16/penalaran/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar